? ??????????????Light flip? ????? ?? ???Rating: 5.0 (1 Rating)??231 Grabs Today. 675 Total Grabs. ??????Pr
eview?? | ??Get the Code?? ?? ?????Rainbows? ????? ?? ???Rating: 4.7 (15 Ratings)??229 Grabs Today. 3229 Total Grabs. ??????Preview?? | ??Get the Code?? ?? ???????????? ????Easy Inst BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS ?

Jumat, 12 Juni 2009

Definisi Mendongeng & Cara Mendongeng


Mendongeng/bercerita merupakan keterampilan berbahasa lisan yang bersifat produktif. Dengan demikian, mendongeng/bercerita menjadi bagian dari keterampilan berbicara. Keterampilan mendongeng sangat penting bagi penumbuhkembangan keterampilan berbicara bukan hanya sebagai keterampilan berkomunikasi, melainkan juga sebagai seni. Dikatakan demikian karena mendongeng memerlukan kedua keterampilan berbicara tersebut.
Mendongeng adalah menceritakan dongeng, yakni cerita yang tidak benar-benar terjadi; terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh kepada pendengar. Berdasarkan pengertian ini, pendongeng dituntut mampu memanfaatkan sarana fisik berupa alat penghasil suara secara optimal. Malahan, jika mendongeng itu dilakukan di hadapan pendengar, ia dituntut pula mampu memanfaatkan sarana fisik lainya, yakni tubuh dan anggota tubuh untuk melakukan mimik dan pantomimik yang menarik.


  • Prinsip Dalam Mendongeng


A. Jangan dulu mendongeng sebelum belajar mendongeng

Artinya, kita harus terlebih dahulu memahami dan tahu mengenai dongeng itu sendiri. Dalam hal ini kita harus mengetahui lebih dahulu apa itu dongeng, apa saja ciri-cirinya, Kata-kata apa yang digunakan dalam dongeng. Nah, kemudian kita mulai belajar memperhatikan orang ketika mendongeng. Mengetahui apa itu mendongeng, apa maksudnya, bagaimana caranya. Pada akhirnya itu akan menjadi bekal untuk kita.

  1. Dalam mendongeng sebaiknya kita terlebih dahulu memahami & menhafalkan isi cerita

Memahami disini berarti kita mengenal setiap karakter dari masing-masing tokoh serta mengerti alur ceritanya sehingga tanpa perlu repot-repot kita akan hafal dengan sendirinya.

  1. Dalam mendongeng sebaiknya kita terlebih dahulu tahu tema dari dongeng tersebut

Dengan kita mengetahui tema dari cerita akan lebih mudah bagi kita menyampaikan maksud atau inti dari cerita tersebut secara tepat. Dengan demikian kita juga lebih mengenal dongeng yang kita bacakan.

  1. Dalam mendongeng sebaiknya tema yang kita ceritakan berakhir pada hari itu juga (bukan cerita bersambung)

Jika dongeng yang kita bacakan merupakan cerita bersambung akan lebih sulita bagi kita meenyampaikan maksud sebenarnya dari dongneg dan juga akhirnya akan menyulitkan kita, karena pabila penonton lupa cerita awal maka kita harus membahasnya lagi atau malah menceritakannya lagi dibeberapa bagian

  1. Dongeng yang dibawakan hendaknya mengandung makna yang dapat membangun karakter anak

Pada dasarnya semua dongeng akan memiliki nilai yang demikian tetapi kita juga harus memastikan


  • Alasan Kenapa Orang Mau Mendongeng

1. Karena ingin bisa mendongeng agar dikemudian hari dapat menjadi pendongeng yang profesional

2. Dapat mendapat kepuasan karena inspirasi dan imaginasi telah tertuang ketika ia mendongeng

3. Merasa gembira setelah mendongeng karena mendongeng itu seperti menasehati oranglain atau memberikan petuah yang bermanfaat bagi orang lain



Mejadi seorang Pendongeng profesional

Untuk menjadi seorang pendongeng profesional kita harus mampu memenuhi syarat-syarat. Mungkin semua orang dapat menjadi pendongeng, tetapi tidak semua profesional. Berikut adalah syaratnya..

A. Syarat Fisik

  1. Pendongeng harus mampu menggunakan penghasil suara secara lentur sehingga dapat menghasilkan suara yang bervariasi. Ia sama halnya dengan dalang. Ia harus mampu menyuarakan peran apapun dan adegan apapun. Suatu ketika ia dapat berperan, misalnya, sebagai pejabat. Berkenaan dengan perannya itu, ia harus mampu menghasilkan suara yang mantap dan bulat sehingga terdengar berwibawa. Namun, dalam suatu adegan mungkin sang pejabat itu harus bersuara dengan geram karena sangat marah dan kecewa. Nah, untuk menampilkan adegan tersebut ia harus mampu menghasilkan suara yang sesuai dengan tuntutan peran itu. Pada kesempatan lain mungkin ia harus memerankan nenek atau kakek yang kondisi fisiknya sangat susah. Ia pun harus mampu menghasilkan suara yang sesuai dengan peran itu pula. Jadi, jelas bahwa ia harus mempunyai kelenturan suara. Suara itulah yang menentukan keberhasilan pendongeng lebih-lebih lagi pendongeng di radio dan kaset.
  2. Pendongeng harus mampu menggunakan penglihatan secara lincah dan lentur sesuai dengan keperluan. Jika mendongeng di hadapan pendengar, ia harus menggunakan mata untuk kepentingan ganda. Pertama, mata digunakan untuk memperkuat mimik. Kedua, sarana itu digunakan pula untuk berkomunikasi dengan pendengar. Jika akan mendongeng dengan membacakan naskah, ia harus mempelajari naskah dongeng. Untuk keperluan itu, pemanfaatan mata secara lincah berarti penggunaan mata dengan gerak yang cepat untuk menangkap maksud naskah secara utuh. Dalam hal ini mata harus dapat dengan sempurna melihat semua huruf dan tanda baca yang ada sehingga tidak salah baca. Mata (di samping pendengaran) juga merupakan sarana fisik yang digunakan untuk berkomunikasi dengan produser, dan petugas yang lain jika mendongeng melalui radio. Dengan matanya ia dapat menangkap aba-aba sang produser kapan harus mulai, berhenti, mengakhiri kegiatan mendongeng (pembacaan naskah dongeng) atau instruksi-instruksi lainnya.

B. Syarat Mental/Rohani dan Daya Pikir

  1. Pendongeng harus bersikap mental serius, sabar, lapang dada, disiplin, taat beribadah, berakhlakul karimah, dan senang berkesenian. Semua sikap mental tersebut sangat diperlukan oleh pendongeng karena mendongeng (pembacaan naskah dongeng) memerlukan pemahaman yang sangat mendalam. Pemahaman dan penghayatan dilakukan dengan penuh keseriusan, kesabaran, dan kedisiplinan. Pendongeng harus berlapang dada karena mungkin menerima kritik dari pendengar atau dari pihak lain. Tanpa sikap mental berlapang dada, ia tidak akan menjadi pendongeng yang dari waktu ke waktu meningkat kemampuannya. Pendongeng harus berakhlakul karimah karena ia hidup sebagaimana manusia umumnya, yakni bergaul. Pendongeng yang berakhlakul karimah pasti disenangi dan menyenangkan. Ia akrab dengan siapapun. Pergaulannya bersifat lintas etnik, lintas agama, dan lintas golongan. Tanpa sungkan-sungkan ia akan minta maaf jika melakukan kesalahan betapapun kesalahannya tidak disadari. Suasana pergaulan yang demikian dapat mengurangi atau malahan menghilangkan ketegangan dan ini jelas mengondisikan konsentrasi prima. Kondisi konsentrasi prima inilah yang sangat diperlukan dalam mendongeng. Sementara itu, ketaatan beribadah diperlukan karena menjadi pengontrol yang jitu dalam segala hal. Kekecewaan atau kekesalan yang dirasakannya dinetralkan melalui ketaatannya beribadah sebab pada saat beribadah ia pasrah kepada Sang Khalik. Ia kembali optimistis karena meyakini bahwa Sang Khalik merupakan sumber dari segala sumber kebajikan; kemampuan, kecerdasan, ketenangan, inspirasi, dsb. Kegemaran berkesenian menjadi modal yang sangat penting bagi pendongeng karena mendongeng berkaitan erat dengan seni. Mendongeng berkaitan dengan seni mengolah suara untuk menghasilkan suara yang indah didengar.
  2. Pendongeng harus berpikiran cerdas dan kreatif. Kecerdasan diperlukan karena pendongeng harus dapat menafsirkan isi (naskah) dongeng secara tepat. Ia tidak boleh menafsirkan isi (naskah) dongeng sesuai dengan kehendaknya tanpa memperhatikan ide dasar (naskah) dongeng. Ide dasar (naskah) dongeng itu tidak selalu disampaikan secara eksplisit. Di sinilah ia dituntut secara cerdas mampu menangkapnya. Dengan kecerdasannya juru wicara dapat mengelompok-ngelompokkan kata, frasa dan kalimat sehingga ide (naskah) dongeng secara utuh benar-benar dikuasainya dengan baik. Kreativitas diperlukan ketika mendongeng. Ia harus mampu secara kreatif mendongeng sehingga menarik. Jika membacakan naskah dongeng, kadang-kadang ia harus menambah kata-kata tertentu, tetapi kadang-kadang sebaliknya atau mungkin menggantinya yang lebih tepat. Malahan, pada saat berlangsungnya pembacaan naskah ia kadang-kadang perlu melakukan improvivasi yang menambah lebih tepat dan indahnya naskah yang dibacakannya.
  3. Pendongeng harus berpengetahuan umum luas dan berketerampilan bahasa (Indonesia). Pengetahuan umum sangat bermanfaat bagi pendongeng. Dengan memiliki pengetahuan umum yang luas, ia memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Ini sangat diperlukan oleh pendongeng. Rasa percaya diri dapat memantapkan mental pendongeng. Tambahan lagi, dengan pengetahuan umum yang luas itu pula ia dapat memberikan kritik terhadap kekurangan atau kesalahan yang mungkin terdapat di dalam naskah. Jika sempit pengetahuan umumnya, ia kurang percaya diri. Ini kurang menguntungkan. Penampilannya canggung. Sementara itu, keterampilan berbahasa sangat diperlukan karena dalam pelaksanaan tugasnya pendongeng berurusan dengan keterampil berbahasa, sekurang-kurangnya tiga keterampilan berbahasa, yakni menyimak, membaca, dan berbicara. Dua keterampilan yang sangat dominan ialah membaca dan berbicara. Keterampilan membaca diperlukannya ketika ia harus membacakan naskah dongeng. Dalam hal ini ia harus mampu menggunakan lafal dan intonasi yang benar dan indah. Benar berarti sesuai dengan kaidah, sedangkan indah berarti memperdengarkan nilai yang menyentuh aspek keindahan di telinga dan juga pada imajinasi. Keterampilan berbicara diperlukannya ketika ia harus melakukan dialog sebab di dalam dongeng ada dialog antara pemeran yang satu dan pemeran yang lain. Hal yang demikian terdapat di dalam dongeng, baik yang disajikan dengan cara "melisankan langsung" maupun yang disajikan dengan membacakan naskah. Jika mendongeng dengan membacakan naskah dongeng, ia dituntut mampu membaca dengan gaya berbicara. Dengan kata lain, ketika membacakan naskah tersebut ia sesungguhnya berbicara atau meskipun membaca, sesungguhnya ia berbicara. Berkenaan dengan itu, ia harus mempunyai pengetahuan yang memadai tentang kaidah bahasa yang mencakupi kaidah fonologis (lafal dan ejaan), morfologis (bentuk kata: dasar dan turunan), sintaktis (frasa, klausa dan kalimat), dan kewacanaan (lisan). (Baca: "Kaidah Fonologis Vokal dan Diftong Bahasa Indonesia", dan "Penggunaan Bahasa dalam Program Audio/Radio")
  • TIPS dan TRIK MENDONGENG

mengenal cerita berarti kita harus mengenal naskah cerita.

Ada bebarapa langkah yang perlu kita tempuh dalam memahami naskah dongeng, baik memahami naskah dongeng panggung/kelas maupun memahami naskah dongeng radio. Secara umum pada dasarnya ada kesamaan langkah, yakni sebagai berikut.

  1. membaca naskah secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran umum mengenai cerita;
  2. membaca naskah secara detail adegan demi adegan untuk memperoleh pemahaman mendalam mengenai (a) tema cerita, (b) sifat dan jenis dongeng (komedi, tragedi, atau tragedi komedi), (c) alur (bagian-bagian alur dari awal sampai akhir: memahami suspens, foreshadowing, dan surprise), (iv) tokoh dan penokohan (memahami tiga dimensi penokohan, yakni dimensi fisiologis, sosiologis, dan psikologis, juga memahami status atau sifat tokoh: realitas formal atau realitas imajiner), (v) setting (latar waktu dan tempat), (vi) dialog/narasi (bermakna lugas atau kias, bagian-bagian penting dialog/narasi), dan (vii) petunjuk penulis naskah (kalau ada);
  3. menanyakan hal-hal yang belum jelas kepada pengarang (kalau perlu dan dapat);
  4. mencari personifikasi peran dengan melakukan observasi (baik observasi nonpartisipasi maupun observasi partisipasi) dan kreativitas berpikir dan berimajinasi.
  5. Mengenal setting, Dimana pendongeng harus memahami kapan, dan dimana adegan terjadi.

Mengenal situasi tempat berarti kita harus tahu properti apa yang digunakan pada saat mendongeng. Kita umpamakan saja itu adalah mikrofon maka yang haru pendongeng lakukan adalah menghadapkan mulutnya secara tepat. Untuk menggambarkan percakapan pada jarak dekat, mulut berada pada jarak sekitar lima belas sentimeter. Namun, untuk menggambarkan percakapan pada jarak jauh, mulut berada pada jarak yang cukup jauh atau malahan tidak mengarah lurus pada mikrofon.

Berdoa sebelum memulai

Didalam diri kita harus ada keseimbangan antara intelektual dan akhlak, maka setiap orang yang beragama percaya bahwa tidak ada sesuatu apaun yang tidak mungkin, itu semua didasari pada kepercayaan mereka terhadap tuhan dari agamanya yang akan mampu memberi apapun yang mereke minta pada-Nya. Oleh karena itu teman-teman, berdoa itu sangat penting sebagai awal dari segala aktivitas kita. Kita sebagai salah satu umat beragama harus yakin bahwa Tuhan akan memudahkan jalan kita apabila kita berdoa untuk itu. Maka marilah kita senantiasa berdoa dengan harapan segala apa yang kita lakukan akan berawal dengan baik dan berakhir dengan baik juga.


Berdiri pada posisi yang strategis & variasikan sesuai alur

cerita

Pada tahap ini kita bicara soal dua hal besar yakni, ekspresi wajah serta posisi dan gerak kaki.

A. Posisi dan Gerak Kaki

Kaki mempunyai fungsi memperkuat watak dan emosi pendongeng. Dengan posisi tegak lurus, misalnya, kaki mempunyai fungsi mengekspresikan emosi tertentu; mungkin sedang mengekspresikan ketegasan sikap ketika menghadapi masalah. Dengan posisi lain, ada maksud lain pula yang diekspresikan.
Gerak kaki bermacam-macam. Namun, yang perlu diingat ialah kesesuaiannya dengan watak dan kondisi emosi yang diperankannya. Dalam kondisi gelisah, misalnya, gerak kaki tidak terarah. Gerakan kaki dalam kedaan normal yang lazim ialah melangkah maju. Namun, dalam keadaan terdesak, takut, atau terkejut kaki dapat digerakkan mundur.

B. Ekspresi Wajah

Yang sangat penting peranannya untuk ekspresi wajah ialah mata. Untuk menunjukkan berbagai eksrepsi emosi matalah yang sangat dominan. Orang marah, gembira, atau bingung dsb. dapat ditunjukkan melalui pandangan pendongeng. Sementara itu, mulut memperkuat peranan mata. Oleh karena itu, kedua sarana itu harus dilatih secara teknis agar dapat berfungsi secara optimal dan lentur.

Berkonsentrasi sebelum memulai

Perlu diingat bahwa konsentrasi itu merupakan hal yang sangat penting. Jika kita dapat berkonsentrasi kemungkinannya adalah 1% kita lupa dengan alur cerita dongeng. Konsntrasi akan membuat otak kita memerintahkan seluruh anggota tubuh kita untuk rileks. Maka bisa dikatakan bahwa tahap konsentrasi adalah tahap yang sangat penting.

Mengondisikan siswa mendengarkan

Nah, tentunya kita tidak ingin kalau apa yang kita sampaikan tidak didengar oleh yang menonton, maka kita harus memberikan rambu kepada mereka untuk menyimak tetapi itu harus kita lakukan dengan cara yang benar dan sopan, misal kita mengatakan ”Baiklah, akan segera saya mulai saya mohon perhatiannya” atau ”Ya, karena saya akan mulai maka saya ingin penonton untuk tenang, terima kasih”.

Memulai dengan cara yang singkat, padat & tepat

Pembuka merupakan cerminan isi maka kita juga harus memperhatikan point yang satu ini. Berikut adalah beberapa cara mengawali menceritakan dongeng,

· Salah satu dongeng favorit saya adalah …

· Saya akan menceritakabn dongeng yang sangat saya sukai …

· Dongeng yang terkenal dari daerah saya (kita) adalah ...

· Dongeng yang saya ingat saat saya masih kecil adalah ...

· Dongeng yang sering diceritakan ibu saya adalah ...

Selain contoh diatas teman-teman juga bisa membuat awalan yang menurut teman-teman menarik atau juga lebih komunikatif.

Melanjutkan dongeng dengan improvisasi yang tepat & penghayatan

Agar mendapat hasil yang baik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni: 1. Pola dan irama berbicara

2. Jarak dengan pendengar perlu diperhatikan

3. Gerak dan sikap tubuh

4. Kontak mata

5. Suara saat berbicara


Menutup dengan baik dan benar

Untuk menutup saya menyarankan untuk mengucap salam dan terima kasih terlebih dahulu setelah jika teman-teman ingin menambahkan mungkin jauh lebih baik.


Terakhir adalah KOMUNIKATIF , yakni dapat dilakukan dengan menggunakan alat peraga




0 komentar: