Aspartame adalah pemanis buatan yang paling sering dibicarakan di dunia kesehatan karena diisukan dapat menyebabkan kanker. Aspartame yang merupakan pemanis rendah kalori, terdiri atas asam amino yang umum yaitu asam aspartat dan fenilalanin. Aspartame memiliki rasa manis 200 kali lipat dibandingkan gula biasa.
Aspartame memiliki nilai kalori yang sama dengan gula (4 kcal/g), tetapi jumlah yang digunakan cukup sedikit sehingga dianggap aspartame bebas kalori. Pemanis buatan ini umum digunakan sebagai pengganti gula untuk penderita diabetes. Selain itu, aspartame juga banyak digunakan sebagai pemanis pada berbagai makanan dalam kemasan.
Aspartame telah disetujui oleh FDA sebagai pemanis buatan yang aman untuk dikonsumsi sejak tahun 1981 silam. Meskipun demikian, berbagai penelitian untuk memastikan keamanan aspartame masih terus dilakukan. Pada 8 Mei 2006 lalu, FDA telah mengeluarkan pernyataan melalui situs resminya yang menegaskan bahwa sampai saat ini belum ada laporan penelitian yang didukung dengan data akurat yang menyatakan bahwa aspartame mempuyai efek samping berbahaya seperti yang diisukan akhir-akhir ini.
Studi Aspartame di Eropa
Pada tahun 2005 lalu, Yayasan Ramazzini Eropa (European Ramazzini Foundation-ERF) mempublikasikan penemuannya berdasarkan studi pemberian makan aspartame jangka panjang pada tikus. Peneliti dari ERF menyimpulkan bahwa aspartame menyebabkan kanker dan penggunaan serta konsumsi pemanis sebaiknya dievaluasi kembali.
Namun, setelah Otoritas Keamanan Makanan Eropa (European Food Safety Authority-EFSA) meninjau kesimpulan studi ERF, EFSA menyatakan bahwa kesimpulan ERF (aspartame bersifat karsinogenik) tidak didukung oleh data dan tidak perlu meninjau pendapat peneliti di ERF yang meragukan keamanan aspartame apalagi merevisi Asupan Harian yang diperbolehkan (Acceptance Daily Intake).
Asupan harian yang diperbolehkan (Acceptance Daily Intake)
Untuk meningkatkan faktor keamanan dalam penggunaan aspartame, FDA telah memberikan batas-batas pemakaian yang dianjurkan. Istilah yang dipakai adalah acceptable daily intake (ADI) yang berarti asupan harian yang diperbolehkan. Ukuran yang dipergunakan adalah jumlah pemanis per kilogram berat badan per hari yang dapat dikonsumsi secara aman sepanjang hidupnya tanpa menimbulkan risiko.
ADI adalah tingkat yang konservatif, yang umumnya menggambarkan jumlah 100 kali lebih kecil dibandingkan tingkat maksimal yang tidak memperlihatkan efek samping dalam penelitian binatang.
Jumlah yang sangat aman inipun hampir-hampir tidak mungkin terlampaui dalam pemakaian umum sehari-hari. Pada kenyataannya, jumlah yang kita konsumsi rata-rata hanya sekitar 10% dari ADI. Hal ini disebabkan oleh tingkat kemanisan yang tinggi dari pemanis-pemanis tersebut. Artinya, jumlah yang sedikit telah mampu memberikan rasa manis yang tinggi. POM mengijinkan aspartam sebagai pemanis buatan dengan ADI (Acceptable Daily Intake) sebanyak 40 mg/kg berat badan.
Isu Aspartame di Indonesia
Isu mengenai aspartame dapat menyebabkan kanker pun marak kembali di Indonesia. Bahkan, dalam beberapa bulan terakhir, beredar pernyataan mengatasnamakan Badan POM di internet yang dikirim melalui email. Badan POM pun telah mengeluarkan surat bantahan pada tanggal 12 Juli 2006 lalu, yang kemudian disusul dengan SURAT - EDARAN Nomor : KH.00.01.234.084 tanggal 11 Agustus 2006 dari Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Dr. Husniah R. Thamrin Akib, MS, MKes, Sp.FK, Tentang Bantahan Pemberitaan Produk Makanan Yang Mengandung Pemanis Buatan.
Sejauh ini, tidak ada pelarangan pengunaan aspartame dalam sediaan makanan, minuman, maupun supplemen yang dikeluarkan oleh pemerintah (Badan POM) asal sesuai dengan anjuran yang berlaku.
Studi aspartame di Amerika
Untuk menepis isu yang menghubungkan aspartame dengan kanker sebuah penelitian dilakukan terhadap manusia (bukan hewan/tikus) mengenai aspartame dan laporannya di beritakan 4 April 2006 dalam pertemuan American Association for Cancer Research. Penelitian besar ini menjelaskan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa minuman soda yang mengandung pemanis aspartam dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker. Hasil penelitian ini memperbaiki anggapan tentang risiko buruk penggunaan aspartam, kata Michael Jacobson, pemimpin dari Center for Science in the Public Interest, dimana satu tahun yang lalu dikatakan bahwa bahaya aspartam bagi kesehatan dari hasil penelitian terhadap hewan tikus.
Aspartame tidak menyebabkan kanker
Kajian digestive memperlihatkan bahwa aspartam dimetabolisme dan terurai secara cepat menjadi asam amino, asam aspartat, fenilalanin, dan metanol, sehingga dapat meningkatkan kadar fenilalanin dalam darah. Oleh karena itu pada label, perlu dicantumkan peringatan khusus bagi penderita fenilketonuria.
Aspartame aman digunakan semua usia kecuali penderita PKU (phenylketonuria), penderita kelainan ini biasanya sudah dideteksi sejak bayi.
Dalam pernyataan yang dipublish dalam situs reminya 18 Juli 2006 lalu, FDA menyebutkan bahwa aspartame aman berdasarkan banyak sekali informasi yang ditinjau. Kesimpulan FDA pun berdasarkan peninjauan secara teliti dari 100 uji klinis dan toksikologi mengenai keamanan.
Rabu, 24 Juni 2009
Benarkah Aspartame Menyebabkan kanker?
Diposting oleh Shara Marcheline di 03.05
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar